Golla Kambu Adalah
Sekilas soal golla kambu
Di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, kue tradisional ini jadi primadona masyarakat untuk sekedar sebagai camilan maupun teman bersantai. Biasanya, golla kambu disantap bersama dengan kopi hitam atau teh tawar agar kenikmatannya lebih sempurna.
Saat Ramadan, makanan ini kerap dihidangkan sebagai pelengkap menu berbuka puasa karena rasa manisnya diyakini mampu memulihkan energi setelah seharian menahan haus dan lapar. Karena itu pula, di bulan puasa permintaan akan golla kambu biasanya meningkat 4--5 kali lipat dibandingkan hari-hari biasa.
Makanan ini dapat dijumpai dan dinikmati setiap hari di sejumlah pusat jajanan tradisional di Polewali, pusat pemerintahan Polman. Sentra produksi golla kambu terkenal terdapat di daerah Botto yang berada di tepi poros jalan Polman menuju Majene. Botto adalah salah satu desa yang masuk ke dalam administrasi Campalagian, sebuah kecamatan seluas 87,85 kilometer persegi.
Makanan ringan itu dibuat dari tiga jenis bahan saja. Yaitu beras ketan, kelapa masih muda kemudian diparut, kacang tanah yang telah disangrai, dan gula merah. Kehadiran kelapa parut dan kacang tanah memberi sensasi rasa gurih dan menjadikan golla kambu berbeda dengan makanan lainnya.
©2024 iStockphoto LP. Desain iStock adalah merek dagang iStockphoto LP.
Golla Kambu, Wajik Khas Orang Mandar
Ada berbagai kuliner khas Mandar yang enak untuk dicoba, mulai dari bau peapi, loka anjoroi, maupun golla kambu. Dari sekian banyaknya makanan tersebut, yang akan kita bahas kali ini adalah golla kambu yang sekilas bentuknya mirip dengan wajik khas Jawa.
Cita rasanya pun sama-sama manis legit dengan tekstur yang lembut kenyal. Mari kenali lebih lanjut soal makanan dari Sulawesi Barat ini.
Cara membuat golla kambu dan kreasinya
Mengutip indonesia.go.id, pembuatan golla kambu atau dikenal juga sebagai baje diawali dengan mengukus beras ketan selama 30 menit. Setelah masak, diamkan beras ketan sekitar 1 jam. Selanjutnya untuk menghasilkan rasa manis, gula merah dilarutkan secara terpisah dengan cara merebusnya dalam air mendidih pada sebuah wajan besar.
Kemudian masukkan beras ketan dan parutan kelapa ke dalam larutan gula merah dan diaduk rata hingga semua bahan tadi berpadu dan meresap. Proses memasak dengan api kecil ini berlangsung paling lama 2--3 jam dan selama itu pula kita harus sering mengaduknya hingga membentuk adonan.
Setelah itu, kacang tanah yang sudah disangrai ditambahkan ke dalam adonan sehingga memberi cita rasa lezat yang khas pada golla kambu. Setelah berbentuk adonan padat dan semua bahan berpadu erat, maka ini saatnya untuk masuk ke proses selanjutnya.
Adonan tadi kemudian dipindahkan ke wadah seperti piring besar untuk didinginkan. Usai tidak ada lagi uap hangat yang terdapat di dalam adonan dan sudah dingin, maka kita sudah dapat mengemasnya seukuran kepalan tangan orang dewasa serta dimasukkan ke dalam wadah unik berupa daun pisang kering.
Kemudian, baje atau golla kambu yang sudah mendarat di dalam daun pisang kering tadi dilipat untuk dibentuk menjadi bungkusan ukuran kecil seberat sekitar 30--40 gram.
Kendati tidak memakai bahan pengawet, golla kambu mampu bertahan tak hanya dalam hitungan minggu, melainkan hingga berbulan-bulan walaupun hanya menggunakan pembungkus dari daun pisang kering. Inilah keunikan lain dari makanan dengan tekstur berseratnya yang padat.
Di Botto, golla kambu dijual sebagai buah tangan khas Mandar. Golla kambu biasanya ditawarkan kepada pengunjung dalam bentuk kemasan pembungkus berbahan plastik berisi 8--10 bungkus kecil daun pisang kering makanan wajik ala Mandar ini.
Dalam satu kemasan plastik ini, para penjual biasanya menawarkannya dengan harga antara Rp10.000 hingga Rp15.000. Bahkan makanan ini juga telah dipasarkan di situs-situs e-dagang dengan rentang harga Rp18.500-Rp20.000 per bungkus.
Agar lebih menarik minat pembeli, para produsen gallo kambu juga sudah mulai mengkreasikan produk mereka dengan rasa durian. Kreasi ini disebut baje durian dengan rasa khas buah dari kulit berduri tersebut.
Baje atau golla kambu durian ini tentu saja memiliki aroma khas menyengat yang makin menggugah selera. Harganya pun sedikit lebih mahal dari golla kambu kacang. Kreasi durian ini pun ikut menjadi varian yang paling dicari oleh para penikmat golla kambu.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Liputan6.com, Polewali - Masyarakat Suku Mandar yang tinggal di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, memiliki kekayaan kuliner yang khas. Salah satu kuliner khas yang menjadi ikon masyarakat Mandar adalah golla kambu.
Mengutip dari indonesia.go.id, sekilas golla kambu memiliki bentuk yang mirip dengan wajik khas Jawa. Golla kambu yang memiliki cita rasa manis yang sangat khas ini dibuat dari beras ketan, kelapa muda parut, kacang tanah sangrai, dan gula merah.
Kelapa parut dan kacang tanah dapat memberi sensasi rasa gurih pada golla kambu. Pembuatan golla kambu atau yang dikenal dengan baje diawali dengan mengukus beras ketan selama 30 menit.
Setelah masak, beras ketan didiamkan selama sekitar 1 jam. Selanjutnya, untuk menghasilkan rasa manis, gula merah dilarutkan secara terpisah dengan cara merebusnya di dalam air mendidih.
Kemudian, beras ketan dan parutan kelapa dimasukkan ke dalam larutan gula merah dan diaduk hingga semua bahan berpadu dan meresap. Proses memasak dengan api kecil ini berlangsung paling lama 2-3 jam.
Selama proses memasak itu, adonan harus sering diaduk hingga menjadi padat. Setelah itu, kacang tanah yang sudah disangrai ditambahkan ke dalam adonan untuk menambah cita rasa lezat yang khas pada golla kambu.
Setelah semua bahan tercampur sempurna dan adonan berbentuk padat, selanjutnya adonan didinginkan. Setelah tidak ada uap, adonan pun bisa langsung dikemas seukuran kepalan tangan orang dewasa.
Golla kambu biasanya dibungkus atau dimasukkan ke dalam wadah unik berupa daun pisang kering. Kemudian, baje atau golla kambu yang sudah dibungkus daun pisang kering tadi dilipat untuk dibentuk menjadi bungkusan berukuran kecil seberat 30-40 gram.
Meski tak menggunakan bahan pengawet, golla kambu mampu bertahan hingga berbulan-bulan. Hingga kini, golla kambu menjadi kudapan khas masyarakat Mandar.
Sensasi rasa manis dari golla kambu akan semakin nikmat saat disantap bersama teh tawar atau kopi hitam. Saat Ramadan, makanan ini kerap dihidangkan sebagai pelengkap menu berbuka puasa karena rasanya yang manis.
Selain itu, kudapan ini juga menjadi salah satu oleh-oleh khas yang banyak diburu wisatawan. Agar lebih menarik minat pembeli, para produsen golla kambu juga sudah mulai mengkreasikan produk mereka dengan rasa durian.
Penulis: Resla Aknaita Chak
Saat rehat kopi dalam suatu acara pelatihan bagi aparatur desa di Kabupaten Polewali Mandar ada suguhan unik. Dibungkus daun pisang kering, ketika dibuka isinya wajik. Tentu saja camilan manis legit ini jadi sasaran utama untuk menemani minum teh atau kopi di waktu istirahat itu.
Wajik bukan makanan asing bagi masyarakat. Di Mandar Polewali Sulawesi Barat, Olahan bahan dasarnya ketan, gula merah, kelapa muda parut dan kacang tanah ini namanya Golla Kambu. Dalam bahasa Makassar Golla berarti gula, Kambu artinya kelapa.
Berbeda dengan wajik pada umumnya, golla kambu Golla Kambu boleh dikatakan wajik plus, karena ditambah campuran kacang tanah. Menilik bahan dasar olahannya makanan cemilan ini merupakan sumber energi yang diperoleh dari beras ketan, gula merah, kelapa dan kacang tanah. Cara pembuatannya pun tidak jauh berbeda dengan proses pembuatan wajik pada umumnya. Rasanya tentu manis legit, bahkan kini ada yang ditambah dengan rasa duren.
Wajik sendiri menurut catatan berasal dari Jawa Tengah, namun ditemukan juga di beberapa daerah lain. Di daerah Sulawesi Utara misalnya diberi daun pandan dan daun jeruk membuat aroma dan rasa yang khas. Di Jawa Barat wajit Cililin cukup dikenal masyarakat.
Wajik yang tidak dibungkus penampilannya bisa berwarna-warni, ada yang menggunakan daun Suji untuk memberi warna hijau atau menggunakan pewarna makanan memberikan warna merah.
Wajik yang berwarna hijau dan merah muda tidak menggunakan gula merah melainkan menggunakan gula pasir. Seperti Golla Kambu dibungkus daun pisang kering (klaras).
Dari Ciamis Jawa Barat ada yang dibungkus pelepah pinang. Dari Blitar yang disebut wajik kletik dibungkus daun jagung atau klobot, sedangkan yang dijual di toko oleh-oleh dibungkus kertas.
Nama wajik diberikan karena pada umumnya berbentuk jajaran genjang atau belah ketupat. Bentuk seperti ini oleh orang-orang Jawa disebut wajik. Itulah kekayaan dunia kuliner tradisional Nusantara.
Banyak ragam makanan sama rupa dan rasa tapi nama bisa saja berbeda juga cara pengemasannya sesuai adat istiadat dan budaya serta kebiasaan masyarakat setempat. Apapun itu tetap saja jadi warisan para leluhur untuk tetap dilestarikan agar anak cucu dapat mengenalnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Foodie Selengkapnya
Oleh: Indah, Mahasiswa Unasman
Ibu Minah (33) menyebutkan bahwa Baye atau golla kambu ini adalah makanan ciri khas dari Mandar dan makanan ini telah dikenal di masyarakat Sulbar maupun dari luar Sulbar. Bahkan, orang sudah banyak memesan panganan ini, sebagai oleh-oleh saat melakukan perjalanan. Karena rasa dan aromanya yang khas, hingga lahir sebuah anekdot, “kalau belum makan Golla Kambu atau Bayenya orang Mandar, sama artinya kamu belum pernah menginjakkan kakinya di Mandar. Dan kalau sudah pernah mencicipinya pasti kamu selalu ingin kembali ke Mandar
Sehingga tidak heran, Baye dan Golla Kambu menjadi produk kerajinan tradisonal andalan untuk wisata kuliner di Polman. Baye terbuat dari gula aren, beras ketan dan kelapa yang dikombinasikan rasa tertentu untuk menambah aroma sedap yang menggugah selera untuk segera mencicipinya. Rasanya yang sederhana juga harganya cukup terjangkau bagi para pengunjung. Untuk mempertahankan rasanya yang khas, Baye masih tetap dibuat secara tradisional. Bahan-bahan dasar, seperti kelapa, beras ketan, kacang dan durian, tidak sulit didapat di Polewali Mandar.
Baye juga merupakan salah satu makanan ringan yang dikenal di suku-suku lainnya di sulawesi. Jenis makanan ini termasuk jenis makanan ringan, Baye juga selalu ada pada setiap hajatan masyarakat, serta Baye juga merupakan makanan alternatif para perantau. karena Baye bisa bertahan lama selama perjalanan. Baye juga ada beberapa jenis diantaranya Baye pulu/ketan dan Bayekambu.
Makanan tersebut menjadi jajanan utama bagi wisatawan yang berkunjung ke Mandar. Rasanya yang manis dan teksturnya yang lengket membuat para penikmat Golla Kambu meningkat dari hari ke hari.
Golla Kambu terbuat dari beras ketan, parutan kelapa, kacang tanah yang sudah disangrai dan gula merah. Kandungan buah kelapa dan kacang tanah di kuliner satu ini menghasilkan cita rasa gurih, inilah yang membuatnya berbeda dari makanan lain.
Pembuatan Golla Kambu diawali dengan mengukus beras ketan selama 30 menit. Selanjutnya untuk menghasilkan rasa manis, gula merah dilarutkan secara terpisah dengan cara merebusnya dalam air mendidih. Kemudian ketan, larutan gula merah dan parutan kelapa dicampurkan dan diaduk rata hingga meresap. Setelah itu, kacang tanah yang sudah disangrai ditambahkan ke dalam adonan sehingga memberi cita rasa lezat yang khas pada Golla Kambu.
Setelah itu adonan ini kemudian dibungkus dengan daun pisang yang sudah agak kering, menjadi bungkusan kecil-kecil. Makanan ini bisa tahan lama meskipun tidak menggunakan bahan pengawet. Inilah keunikannya, Golla Kambu mampu bertahan hingga berbulan-bulan walaupun hanya menggunakan pembungkus dari daun pisang kering.
Permintaan konsumen terhadap Golla Kambu sangat tinggi ketika bulan ramadan tiba karena makanan ini dijadikan sebagai salah satu menu untuk berbuka puasa. Makanan ini juga sering dijadikan oleh-oleh ketika wisatawan berkunjung ke Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.
Jadi jika Anda berkunjung ke Polewali Mandar, luangkan waktu untuk membeli oleh-oleh Golla Kambu nan lezat ini. Namun bagi Anda yang belum berkesempatan datang ke sana, Anda bisa mencoba membuat sendiri panganan ini. Berikut ini resepnya.
Bahan yang digunakan :
Baye atau golla kambu ini biasanya dijumpai di berbagai acara seperti acara aqiqah, acara sunnah, dan juga acara pernikahan. Namun pada masa ini kalian dapat menemui makanan khas mandar ini di pasar-pasar tradisional.
Foto Utama: (dapurimah.blogspot)
NUSANTARANEWS.CO, Polman – Golla Kambu kuliner tradisional khas Polewali Mandar. Nusantara memiliki kakayaan kuliner yang berlimpah-limpah. Misalnya saja kuliner tradisional khas yang berasal dari Polewali Mandar: Golla Kambu. Kabupaten Polewali yang sering disingkat Polman ini adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Barat. Bagi masyarakat Polewali Mandar, penganan Golla Kambu merupakan kuliner tradisional yang sangat populer di sana.
Secara tampilan, sekilas Golla Kambu mirip kuliner Wajik yang ada di Jawa. Namun, sejatinya beda. Golla Kambu memiliki cita rasa manis yang khas. Bagi siapapun yang mencicipinya pasti akan dibuat ketagihan.
Berdasarkan bahannya, Golla Kambu terdiri dari beras ketan, parutan kelapa, kacang tanah yang sudah disangrai dan gula merah. Kandungan buah kelapa dan kacang tanah di kuliner satu ini menghasilkan cita rasa gurih. Uniknya Golla Kambu dibungkus menggunakan daun pisang yang sudah kering.
Dalam proses pembuatan Golla Kambu, terlebih dahulu beras ketan dikukus selama 30 menit. Selanjutnya secara terpisah untuk menghasilkan rasa manis, gula merah dilarutkan dengan cara menggodoknya dengan menggunakan air yang mendidih.
Baru kemudian dicampur dengan ketan, larutan gula merah dan parutan kelapa. Berikutnya diaduk rata hingga meresap. Setelah itu, tambahan kacang tanah yang sudah disangrai diaduk ke dalam adonan. Inilah rahasia lezat dari kuliner Golla Kambu.
Teksturnya yang berserat membuat tampilan Golla Kambu tampak sangat lezat. Dan tebukti, kuliner khas Polewali Mandar yang satu ini memang benar-benar sangat enak. Jika Anda berkunjung ke tempat ini, tak ada salahnya membelinya untuk dijadikan oleh-oleh.
Para pengrajin penganan tradisional khas Mandar ini, sekarang telah melakukan inovasi Golla Kambu dalam bentuk kemasan yang disesuaikan dengan selera tuntutan pasar, karena sudah menjadi jajanan khas dan penganan oleh-oleh para wisatawan. Golla Kambu kini juga sudah menjadi incaran para turis mancanegara yang melakukan perjalanan wisata di Sulawesi Barat.
Masyarakat pesisir yang ada di Lingkungan Labuan, Kelurahan Mosso, Kecamatan Senadan, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat juga telah mengembangkan wisata kuliner dengan menyajikan makanan khas tradisional di sepanjang jalur Trans Sulawesi yang berjarak 135 kilometer dari ibukota Mamuju.
Di lokasi itu, masyarakat juga menyajikan menu tradisional ikan terbang yang diasap, lalu penganan “Jepa” salah satu jenis makanan dari tanaman umbi-umbian yang diolah menjadi makanan siap saji. (Alya)